Rabu, 24 November 2010

Dunia Fotografi SMA Mengancam Dunia Fotografi Profesional??


Semakin berkembangnya dunia fotografi saat ini, khususnya di Indonesia membuat fotografi tidak lagi menjadi sesuatu yang sifatnya eksklusif dan hanya untuk golongan tertentu saja. Saat ini dunia fotografi di Indonesia tidak hanya menjadi milik kalangan fotografer yang hidup dari dunia fotografi, tetapi juga mulai menghinggapi kalangan anak SMA (Sekolah Menengah Atas). Adanya beberapa keluhan dari pihak yang beprofesi sebagai fotografer profesional akan hal tersebut. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa dunia yang mereka geluti saat ini mulai sedikit “terjajah” oleh kehadiran anak-anak SMA yang mulai menekuni bidang ini. Hal tersebut tidak dapat kita pungkiri dalam dunia bisnis fotografi.
Penghargaan akan sebuah hasil karya foto saat ini tidak lagi dapat diukur dengan nilai estetika dari penikmatnya, mulai dari proses foto, kredibilitas fotografer, dan hasil-hasil karya dari sang fotografer tersebut. Hal tersebut dikarenakan perkembangan teknologi yang mulai semakin pesat dan kebutuhan akan dunia fotografi bukanlah barang yang sulit untuk didapatkan. Anak-anak SMA saat ini mulai “melek” teknologi sehingga hasil karya foto yang sama persis dengan hasil karya foto seorang fotografer profesional dapat dengan mudah di hasilkan dengan proses editing. Jika dilihat dari segi bisnis, hal tersebut jelas membuat pihak fotografer profesional mengalami kerugian, contohnya sebuah perusahaan prewedding diberi job untuk sesi foto sebesar lima juta rupiah, tetapi untuk saat ini, anak-anak SMA yang mulai menggeluti bidang ini, diberi 1,5 juta rupiah sudah dapat melakukan hal serupa. Hal tersebut dikarenakan anak-anak jaman sekarang jauh lebih kreatif dibandingkan jaman dulu. Hal tersebut jelas membuat harga pasar foto prewedding menjadi jatuh jika jobnya diambil oleh anak-anak SMA yang menggeluti bidang tersebut. 
Hal yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah mereka (anak-anak SMA yang menggeluti bidang fotografi termasuk yang sekedar hobi) akan merusak "pasar" fotografer profesional? Lagi pula harga yang diberikan akan berbanding lurus dengan kualitas foto yang dihasilkan tanpa melihat fotografernya. Untuk mengabadikan momen bersejarah, seperti pernikahan, mereka mungkin saja mau mempertaruhkan dan memperhitungkannya, terutama jika pasangan tersebut memiliki budget yang "mepet". Menurut saya pribadi, setiap fotografer punya "pasar" masing-masing. Jika ada anggapan bahwa anak SMA jaman sekarang jauh lebih kreatif, bukankah hal tersebut menjadikan seorang fotografer dituntut untuk jauh lebih kreatif lagi?
                                                                            Firman Fernando Silaban
                                                                            210110090002


Tidak ada komentar:

Posting Komentar